Kalau tidak mendapat penghargaan
dari kantor, mungkin umroh tidak akan terpikirkan oleh kami. Bukan karena belum
berniat ke tanah suci, tetapi karena kami sudah berencana akan langsung
menunaikan ibadah haji (walaupun jumlah tabungan yang disisihkan belum bisa
membawa kami ke tanah suci untuk beberapa tahun ke depan).
Ketika saya menerima Nota Dinas
untuk mengikuti seleksi penghargaan umroh, refleks pertama saya adalah
mengucapkan hamdalah, perasaan tidak percaya dan rasa gembira yang sangat kuat
bercampur rasa gemetar sehingga tidak terasa air mata bahagiapun menetes
seketika. Sepertinya bukan reaksi yang berlebihan menurut saya, karena menjadi
yang terpilih sebagai peserta seleksi -yang belum tentu lulus juga- adalah hal yang menurut saya sangat jauh dari
angan-angan, karena begitu banyaknya insan karyawan kantor ini yang lebih layak
untuk diikutkan seleksi. Reaksi berikutnya adalah saya langsung menghubungi
suami, reflex pertama suamipun langsung mengucapkan hamdalah, dan tiba-tiba
beliau menghilang langsung dari layar gtalk.
Ternyata belakangan saya tau kalau ternyata suami langsung menuju masjid,
melakukan sujud syukur dan sholat. Alhamdulillah Ya Allah, engkau memberikan
kesempatan mengikuti seleksi umroh kepada saya, mudah-mudahan merupakan jalan
rezeki kami untuk berkunjung ke tanah suci.
Seleksi tahap I merupakan seleksi
online. Saya langsung mencari tau tipe soal seperti apa yang akan dikeluarkan.
Informasi dari peserta seleksi penghargaan umroh dan haji sebelumnya merupakan
informasi sangat berharga yang saya terima. Mulailah saya mencari materi-materi
soal dan membacanya. Tiba saatnya seleksi secara online. Prinsip yang selalu
saya pegang dan selalu diingatkan suami adalah “Ingatlah bahwa ke tanah suci
itu adalah panggilan Allah, Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu. Jika
DIA memanggil kita, insyaAllah melalui jalan inilah kita berangkat ke tanah
suci.” Karena itu, dalam melakukan seleksi, saya berusaha sendiri, tanpa minta
bantuan orang lain, karena prinsip tadi, panggilan Allah-lah yang akan
berkuasa, masa Allah bersedia memanggil hambaNYA kalau usaha yang dilakukan
tidak jujur :)
Singkat cerita, Alhamdulillah
saya mendapat panggilan lagi untuk test selanjutnya, yaitu berupa test
wawancara. Jujur, kalau untuk masalah yang mengandalkan komunikasi lisan, saya
masih sering ga PD, takut salah ucap. Tapi lagi-lagi suami menguatkan saya,
insyaAllah pasti bisa katanya, yang penting tenang. Sebagai persiapan, saya
berlatih wawancara dengan suami sebagai interviewer-nya.
Banyak pertanyaannya yang tidak bisa secara spontan saya jawab. Duh, kalau
nanti interviewer-nya beneran, apa
jadinya ya.
Ketika hari H tiba, saya
benar-benar tidak bisa santai, campur aduk antara deg-degan dan grogi. Bismillah,
insyaAllah pasti bisa, Allah pasti akan memudahkan jika memang DIA berkehendak
memanggil kami. Hampir dua jam saya diwawancarai, ada perasaan ga puas ketika
pertanyaan yang diajukan kadang tidak bisa langsung saya jawab dengan spontan.
Yang penting saya sudah berusaha semaksimal mungkin, selebihnya serahkan ke
Allah. Hari demi hari berlalu, sungguh gaa sabar banget menunggu pengumumannya,
di satu sisi saya pingin banget lulus, di sisi yang lain, ada rasa ga PD juga
melihat kandidat pemghargaan yang lain. Sekitar dua minggu menunggu, akhirnya
ada pengumuman, saya menjadi salah satu peserta yang lolos seleksi.
Alhamdulillah, sungguh suatu kabar yang sangat menyenangkan. InsyaAllah
sebentar lagi kami akan mengunjungi tanah suciMU ya Allah. Berikanlah kami
kemudahan, kesehatan sehingga bisa mewujudkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar