Rabu, 11 Juli 2012

Durian Runtuh berupa Umroh


Kalau tidak mendapat penghargaan dari kantor, mungkin umroh tidak akan terpikirkan oleh kami. Bukan karena belum berniat ke tanah suci, tetapi karena kami sudah berencana akan langsung menunaikan ibadah haji (walaupun jumlah tabungan yang disisihkan belum bisa membawa kami ke tanah suci untuk beberapa tahun ke depan).

Ketika saya menerima Nota Dinas untuk mengikuti seleksi penghargaan umroh, refleks pertama saya adalah mengucapkan hamdalah, perasaan tidak percaya dan rasa gembira yang sangat kuat bercampur rasa gemetar sehingga tidak terasa air mata bahagiapun menetes seketika. Sepertinya bukan reaksi yang berlebihan menurut saya, karena menjadi yang terpilih sebagai peserta seleksi -yang belum tentu lulus juga-  adalah hal yang menurut saya sangat jauh dari angan-angan, karena begitu banyaknya insan karyawan kantor ini yang lebih layak untuk diikutkan seleksi. Reaksi berikutnya adalah saya langsung menghubungi suami, reflex pertama suamipun langsung mengucapkan hamdalah, dan tiba-tiba beliau menghilang langsung dari layar gtalk. Ternyata belakangan saya tau kalau ternyata suami langsung menuju masjid, melakukan sujud syukur dan sholat. Alhamdulillah Ya Allah, engkau memberikan kesempatan mengikuti seleksi umroh kepada saya, mudah-mudahan merupakan jalan rezeki kami untuk berkunjung ke tanah suci. 

Seleksi tahap I merupakan seleksi online. Saya langsung mencari tau tipe soal seperti apa yang akan dikeluarkan. Informasi dari peserta seleksi penghargaan umroh dan haji sebelumnya merupakan informasi sangat berharga yang saya terima. Mulailah saya mencari materi-materi soal dan membacanya. Tiba saatnya seleksi secara online. Prinsip yang selalu saya pegang dan selalu diingatkan suami adalah “Ingatlah bahwa ke tanah suci itu adalah panggilan Allah, Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu. Jika DIA memanggil kita, insyaAllah melalui jalan inilah kita berangkat ke tanah suci.” Karena itu, dalam melakukan seleksi, saya berusaha sendiri, tanpa minta bantuan orang lain, karena prinsip tadi, panggilan Allah-lah yang akan berkuasa, masa Allah bersedia memanggil hambaNYA kalau usaha yang dilakukan tidak jujur :)

Singkat cerita, Alhamdulillah saya mendapat panggilan lagi untuk test selanjutnya, yaitu berupa test wawancara. Jujur, kalau untuk masalah yang mengandalkan komunikasi lisan, saya masih sering ga PD, takut salah ucap. Tapi lagi-lagi suami menguatkan saya, insyaAllah pasti bisa katanya, yang penting tenang. Sebagai persiapan, saya berlatih wawancara dengan suami sebagai interviewer-nya. Banyak pertanyaannya yang tidak bisa secara spontan saya jawab. Duh, kalau nanti interviewer-nya beneran, apa jadinya ya.

Ketika hari H tiba, saya benar-benar tidak bisa santai, campur aduk antara deg-degan dan grogi. Bismillah, insyaAllah pasti bisa, Allah pasti akan memudahkan jika memang DIA berkehendak memanggil kami. Hampir dua jam saya diwawancarai, ada perasaan ga puas ketika pertanyaan yang diajukan kadang tidak bisa langsung saya jawab dengan spontan. Yang penting saya sudah berusaha semaksimal mungkin, selebihnya serahkan ke Allah. Hari demi hari berlalu, sungguh gaa sabar banget menunggu pengumumannya, di satu sisi saya pingin banget lulus, di sisi yang lain, ada rasa ga PD juga melihat kandidat pemghargaan yang lain. Sekitar dua minggu menunggu, akhirnya ada pengumuman, saya menjadi salah satu peserta yang lolos seleksi. Alhamdulillah, sungguh suatu kabar yang sangat menyenangkan. InsyaAllah sebentar lagi kami akan mengunjungi tanah suciMU ya Allah. Berikanlah kami kemudahan, kesehatan sehingga bisa mewujudkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar